Bacalah dengan nama tuhanmu..

Bacalah dengan nama tuhanmu..

Sunday, March 10, 2013

Tinggalkan Amal yang Sia-Sia : Perbuatan dan Ucapan yang Mengikuti Hawa Nafsu Syeitan

Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah telah bersabda: Termasuk dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya. (H.R Tirmidzi dan periwayat lainnya).
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Al-Arba'in bahwa derajat hadits ini hasan. Syaikh Salim Al-Hilali (Murid Syaikh Al-Albani rahimahullah) dalam kitabnya Shahih Al-Adzkar wa dhi'fuhu bahwa derajatnya shahih lighorihi (shahih karena adanya riwayat yang lainnya). Jadi hadits ini bisa dijadikan dasar untuk beramal.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan Hadits ini merupakan pondasi yang sangat agung di antara pondasi adab. Beliau mengatakan dalam Jami'ul 'Ulum wal Hikam "Sesungguhnya barangsiapa yang baik Islamnya pasti ia meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting/bermanfaat baginya." Ukuran penting atau bergunanya itu tentu ditimbang dari syari'at, bukan menurut rasio atau akal, atau hawa nafsu.

Termasuk meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak penting ialah meninggalkan yang makruh, samar-samar, bahkan berlebih-lebihan dalam masalah mubah.

Imam Ibnu Rajab mengatakan pula Kebanyakan pendapat tentang meninggalkan apa-apa yang tidak berguna ialah menjaga lisan dari apa-apa yang tidak berguna, seperti umpatan, dan lain-lain.
Allah berfirman : "Tidaklah seseorang mengucapkan sesuatu ucapan kecuali ada malaikat yang mengawasi dan mencatat." (Qaaf: 18).

Umar bin Abdul Aziz berkata, Barangsiapa yang membandingkan antara ucapan dan perbuatannya, maka ia tidak akan berbicara kecuali hanya dalam hal yang penting saja.
Imam An-Nawawi berkata, Ketahuilah, setiap mukallaf (orang yang dewasa dan terbebani hukum syari'at) diharuskan untuk menjaga lisannya kecuali untuk hal-hal yang mengandung maslahat/kebaikan. Apabila sama maslahatnya, jika ia berkata ataupun diam, sunnah untuk menahannya, karena kata-kata yang mubah dapat menjerumuskan seeorang dalam hal-hal yang haram atau makruh, dan ini sering terjadi. Padahal mencari keselamatan itu tak ada bandingannya.

Imam Ibnu Qoyyim berkata, Menjaga lisan ialah dimaksudkan agar seseorang jangan sampai mengatakan hal yang sia-sia. Apabila hendak berkata, maka hendaknya dipikirkan apakah ada manfaat bagi dien/agamanya. Apakah akan terdapat manfaat dari apa yang diucapkannya itu? Jika bermanfaat, maka katakan lagi, adakah kata-kata yang lain yang lebih bermanfaat atau tidak? (Dari kitab Ad-Daa'u wad Dawaa')
Kata beliau juga : Adalah sangat mengherankan orang bisa menghindari dari hal-hal yang haram, berzina, mabuk-mabukan, mencuri, memandang hal yang diharamkan, dan lainnya, tetapi sulit menjaga gerakan lisannya. Sampai-sampai ada orang yang dipandang ahli ibadah, zuhud, tetapi ia berbicara dengan ucapan yang tanpa ia sangka telah mendatangkan murka Allah. Ancaman itu sebagaimana dalam hadits Nabi : "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata, ia tidak memikirkan (baik/buruk) didalamnya maka ia tergelincir disebabkan kata-katanya itu ke dalam neraka sejauh timur dan barat." (HR.Bukhari Muslim)

Seorang 'Alim negeri Saudi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah dalam kitabnya Syarah Riyadhus Shalihin menasehatkan beberapa hal.
Seorang Muslim yang ingin baik Islamnya maka hendaklah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Contohnya, jika engkau bingung, apakah mengerjakan sesuatu atau tidak jadi, maka lihatlah apakah ia mengandung manfaat dalam agamamu dan dunia, atau tidak penting. Jika penting, maka lakukanlah, jika tidak maka tinggalkanlah karena mencari keselamatan harus diutamakan.

Demikian pula jangan pula mencampuri urusan orang lain jika kamu tidak ada kepentingan terhadapnya. Janganlah seperti kebanyakan orang hari ini, dimana rasa ingin tahu terhadap masalah yang sedang dibicarakan oleh dua orang mendorongnya untuk mendatangi keduanya itu dan mencampurinya.

Termasuk contoh yang kurang baik lagi, jika engkau bertemu dengan seseorang engkau menanyakan Dari mana? atau Mau ke mana?. Sepintas itu hanya pertanyaan kepedulian saja, padahal jika orang yang ditanya itu baru saja pulang/ sedang akan ke masjid, atau pengajian, dan ia tidak suka orang mengetahuinya karena takut riya' maka pertanyaan itu justru memojokkannya dan susah untuk dijawabnya padahal ia tidak mau berbohong. Jadi, jika engkau hendak berkata atau beramal, maka pikirkanlah apakah yang engkau lakukan itu bermanfaat bagi urusan agamamu (akhiratmu) atau duniamu. Jika tidak maka tinggalkanlah. Demikianlah manusia berakal, dia senantiasa memperhatikan amal kebaikannya sebagai bekal menghadapi kematian yang pasti datang, baik dari segi keikhlasannya, dan juga dari segi sesuai/tidaknya dengan yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam. Sabda beliau : "Barangsiapa yang beramal yang tidak berdasarkan perintah dari kami maka ia (amal itu) tertolak." (Muslim).

Sumber:  http://navirbph.blogspot.com

Thursday, March 7, 2013

✿~ Nikahilah tujuh ciri-ciri 'mawar yang harum'. ~✿



 

~ Nikahilah tujuh ciri-ciri 'mawar yang harum'. ~

••• Penyabar. •••
Wanita yang sentiasa bersabar walau dalam apa jua keadaan, dan tidak pernah mengeluh serta merintih apabila masalah atau dugaan menimpa dia. Dia sentiasa mengadu kepada Allah untuk segala pertolongan dengan penuh kesabaran.

••• Pelindung. •••
Wanita yang sentiasa melindungi harta dan maruah ketika ketiadaan suaminya, dan apabila suaminya kembali pulang ke rumah, dia tidak akan sesekali membebankan suaminya dengan masalah seharian, tetapi dia akan memberi sepenuh perhatian kepada suaminya, dan berusaha untuk menghilangkan segala kelelahan dan kepenatan suami.

••• Baik hati. •••
Wanita yang mempunyai sifat baik yang tinggi samada dengan jiran tetangga, sanak saudara dan tidak sesekali mengumpat dan berkata keji atau menunjukkan sifat cemburu yang tidak berasas.

••• Penuh syukur. •••
Wanita yang tidak memandang harta benda dan sentiasa merasa cukup dengan apa yang diberi oleh suaminya. Dia sentiasa bersyukur atas segalanya, kerana telah diberi makan, pakaian, dan tempat tinggal yang selesa. Dia menunjukkan rasa syukurnya dengan setiap perilaku dan kata-kata yang baik kepada suaminya, dan sentiasa memberi ketenangan jiwa kepada suaminya.

••• Kekasih hati. •••
Wanita yang selalu merindui dan mengasihi suaminya, sentiasa menginginkan zuriat daripada suaminya, dan apabila suami memandang kepadanya, dia akan sentiasa mendoakan dengan penuh kasih sayang dari lubuk jiwa buat isterinya.

••• Solehah. •••
Wanita yang sentiasa memenuhi waktunya dengan berdzikir, membaca al-quran, dan solat. Di malam hari pula, dia sentiasa bangun untuk menunaikan tahajjud, air matanya sentiasa mengalir mengharap keampunan daripada Allah yang Maha Esa. Dia sentiasa mengajak suaminya untuk membimbing dan memberinya ilmu agama diwaktu kelapangan yang ada.

••• Si manis senyuman. •••
Wanita yang sentiasa memberikan senyuman apabila suaminya berada di rumah. Dia sentiasa berkata dengan lemah lembut, bagaikan ada mutiara yang terkeluar dari mulutnya. Dia tidak sesekali meninggikan suara apabila berkata dengan suaminya. Jika suaminya marah dan meninggikan suara kepadanya, dia tidak akan sesekali melawan semula dan tetap diamkan diri. Apabila kemarahan suaminya kembali reda, dia akan memberikan minuman yang sejuk dan meminta maaf kepada suaminya, walaupun ia bukanlah disebabkan kesalahan daripadanya.